Beranda | Artikel
Hakekat Masjid Qiblatain di Madinah
Senin, 5 Juni 2017

Masjid Qiblatain di Madinah

Bagaimana hakekat masjid qiblatain yang sekarang banyak dikunjungi orang? Itu nama aslinya masjid apa? 

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Kata qiblatain artinya 2 arah kiblat.

Sebelum membahas masjid qiblatain, terlebih dahulu kita akan melihat sejarah perubahan arah kiblat kaum muslimin.

Peristiwa ini Allah ceritakan dalam al-Quran,

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.” (QS. al-Baqarah: 144)

Sahabat al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu bercerita,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – صَلَّى نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يُحِبُّ أَنْ يُوَجَّهَ إِلَى الْكَعْبَةِ ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ ( قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاءِ ) فَتَوَجَّهَ نَحْوَ الْكَعْبَةِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis selama 16 atau 17 bulan. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai kiblatnya ke arah Ka’bah. Kemudian Allah menurunkan ayat di atas. (HR. Bukkhari 399)

Mengenai waktu tepatnya, menurut pendapat jumhur perubahan itu terjadi di bulan Sya’ban, memasuki 18 bulan pasca-hijrah. (al-Bidayah wa an-Nihayah, 3/309)

Kejadian ini menunjukkan bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah, beliau pernah menghadap ke Baitul Maqdis, lalu ke Ka’bah. Artinya, masjid Nabawi pernah digunakan untuk shalat menghadap ke Baitul Maqdis dan juga shalat menghadap ke Ka’bah. Demikian pula masjid-masjid yang lain di sekitar Madinah. Tak terkecuali masjid Quba. Sehingga, semua masjid di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dibangun sebelum pengalihan kiblat, pernah mengalami 2 arah kiblat.

Berdasarkan penjelasan ini, Syaikh Dr. Abdurrazaq dalam khtbahnya beliau menyatakan bahwa hakekat masjid 2 kiblat, tidak hanya masjid qiblatain yang sekarang banyak dikunjungi kaum muslimin. Namun hampir semua masjid di sekitar Madinah di waktu itu, juga pernah mengalami 2 kiblat.

Beliau mengatakan,

التسمية بمسجد القبلتين لا تختص بمسجد معين لكونه صُلي فيه إلى القبلتين فها هو مسجد النبي عليه الصلاة والسلام صلى فيه إلى القبلتين، ومسجد قباء صُلي فيه إلى القبلتين، وسائر المساجد الموجودة في المدينة في ذلك الوقت صُلي فيها إلى القبلتين وبهذا نعلم عباد الله أنه ليس هناك مسجد في المدينة يختص بفضيلة معينة لكونه صلي فيه إلى القبلتين

Penamaan masjid qiblatain tidak khusus untuk masjid tertentu, karena di sana pernah digunakan untuk shalat ke arah 2 kiblat. Masjid Nabawi, beliau pernah shalat di masjid ini ke arah 2 kiblat. Masjid Quba, juga pernah digunakan shalat ke arah 2 kiblat. Dan semua masjid yang ada ketika itu di Madinah, juga pernah digunakan untuk shalat ke arah 2 kiblat. Dari sini – wahai jamaah – kita bisa memahami bahwa di Madinah tidak ada masjid yang memiliki keistimewaan khusus, karena pernah digunakan untuk shalat ke arah 2 kiblat.

Sumber: http://www.alukah.net/sharia/0/25358/

Hakekat Masjid Qiblatain

Penjelasan di atas hanya hendak menekankan bahwa tidak ada sisi keistimewaan untuk masjid yang mengalami 2 kiblat. Masjid yang memiliki keistimewaan di Madinah hanya masjid Nabawi dan masjid Quba.

Hanya saja, kita tidak mengingkari realita keberadaan masjid Qiblatain itu. Dalam arti, di masjid inilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan wahyu untuk mengalihkan arah kiblat, sementara beliau dalam kondisi sedang shalat. Karena itu, masjid ini lebih dikenal dengan sebutan masjid Qiblatain.

Ibnu Katsir mengatakan,

وذكر غير واحد من المفسِّرين أن تحويل القبلة نزل على رسول الله وقد صلى ركعتين من الظهر وذلك في مسجد بني سلمة: فسمي: مسجد القبلتين

Ada beberapa ahli tafsir yang menyebutkan bahwa pengalihan kiblat turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan ketika itu beliau shalat dzuhur baru mendapat 2 rakaat, dan ketika itu di masjid Bani Salimah, lalu masjid ini dinamai dengan masjid Qiblatain. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/177)

Keterangan lain juga disampaikan Ibnul Jauzi,

زار رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم أم بشير بن الْبَراء ابْن معْرور، فتغدى وَأَصْحَابه وَجَاءَت الظّهْر، فصلى بِأَصْحَابِهِ فِي مَسْجِد الْقبْلَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ من الظّهْر إِلَى الشَّام وَأمر أَن يسْتَقْبل الْكَعْبَة وَهُوَ رَاكِع فِي الرَّكْعَة الثَّانِيَة، فَاسْتَدَارَ إِلَى الْكَعْبَة واستدارت الصُّفُوف خَلفه ثمَّ أتم الصَّلَاة، فَسُمي مَسْجِد الْقبْلَتَيْنِ لهَذَا

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengunjungi ibunya Basyir bin al-Barra bin Ma’rur. Beliau makan siang bersama para sahabatnya hingga masuk waktu dzuhur. Lalu beliau mengimami shalat para sahabat di masjid Qiblatain, shalat dzuhur di rakaat kedua menghadap ke Syam (utara), lalu beliau diperintahkan untuk menghadap Ka’bah, dalam kondisi beliau rukuk di rakaat kedua. Lalu beliau berputar ke arah Ka’bah, dan shaf di belakangnya juga berputar, kemudian shalat diselesaikan. Karena itu dinamakan masjid Qiblatain karena alasan ini. (Kasyful Musykil, 1/461).

Ada juga yang mengatakan bahwa kejadian itu di masjid Nabawi, sebagaimana ketarangan al-Kasymiri. (al-Urf as-Syadzi, Syarh Sunan Turmudzi, 1/394)

Namun demikian, kita tetap ingatkan bahwa tidak ada keistimewaan khusus untuk masjid 2 kiblat, karena semua masjid di Madinah yang ada ketika itu pernah mengalami 2 kiblat. Karena itu, tidak ada anjuran untuk melakukan kunjungan khusus ke masjid semacam ini..

Demikian, Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/29595-hakekat-masjid-qiblatain-di-madinah.html